Tidak mengerti dan memahami apa yang diucapkan sama seperti berbuat tanpa mempertimbangkan (memikirkan) konsekuensinya, tidak mengerti tujuan, tidak memahami hulu dan hilirnya.
Pernyataan ini sama dengan ketika kita sholat tapi kita tidak sadar bahwa kita sedang sholat, sedang ‘berhadapan’ dengan ‘Yang Serba Maha’. Kita sering sholat tapi tidak menegakkan dan mendirikan sholat seperti yang diperintahkanNYA. Kita sering sholat hanya untuk menggugurkan kewajiban. Bahkan yang lebih parah lagi, kita sholat (minimal sebanyak 17 rokaat) tapi tidak tahu, tidak paham, tidak mengerti apa yang kita ucapkan dalam sholat. Mungkin ini adalah penyebab utama yang mengakibatkan salah satu tujuan sholat dalam Al qur’an yaitu sholat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar tidak tercapai.
Saya akan mencoba mengambil beberapa kalimat yang ada dalam sholat yang seharusnya(sudah) menjadi komitmen dan pegangan dalam hidup.
Pertama. innasholaati wa nusuki wa mahyaya wa mamaati lillahirobbil ‘alamin.
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Alloh. Pernyataan yang sungguh ‘berani’ dan luar biasa. Minimal 5 kali pernyataan itu diucapkan. Bila kita sudah baligh pada usia 10 tahun dan bila sekarang usia kita 25 tahun maka pernyataan tersebut diucapkan sebanyak 27375 kali (15x365x5). Jumlah yang lumayan banyak dan seharusnya sudah mendarah daging dan tertanam di jiwa kita. Tapi mengapa hingga sekarang pernyataan itu belum menempel di hati dan pikiran kita. Silakan direnungkan!.
Pernyataan kedua yang lebih banyak diucapakn minimal 17 kali dalam sehari atau setara dengan minimal 93075 kali bila 15 tahun berjalan usia baligh. Itu jumlah bila kita selalu mengerjakan sholat fardhu saja. Pernyataan kedua itu terdapat dalam surat Al Fatihah ayat 6 dan 7
iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Na’budu diambil dari kata ‘ibadat yang artinya kepatuhan dan ketundukan yangditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Alloh sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Alloh mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. Nasta’in (minta pertolongan) diambil dari kata isti’anah yang artinya mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tangannya sendiri.
Pernyataan yang kedua ini hanya diterapkan di kehidupan nyata oleh beberapa orang saja. Jika kita menganggap hanya Alloh-lah Tuhan yang kita sembah, lebih memilih panggilan Alloh (adzan) atau lebih memilih menemui panggilan atasan (bos) ataukah lebih memilih acara televisi yang bagus jika kita sedang di rumah. Pilih yang mana?
Jika memang hanya kepada Alloh-lah tempat memohon pertolongan, mengapa masih banyak orang yang larung sesaji di laut, mendatangi dan percaya dukun, peramal, zodiac dan sejenisnya. Jika masih begitu sholat mu tiada guna selama ini. Jika masih melaksanakan apa yang dilarang Alloh berarti kita belum menegakkan dan mendirikan sholat. Kita belum masuk golongan orang-orang yang beriman.
Ini sebuah renungan pribadi yang mendambakan menjadi manusia yang sempurna. Semoga beberapa coretan ini bisa bermanfaat untuk semuanya. Amin…
0 komentar:
Post a Comment