Jadwal Sholat

Dahsyatnya Cita-Cita


cita-cita
Suatu pagi yang cerah, di dekat rukun Yamani, duduklah empat remaja yang tampan rupa, berasal dari keluarga yang mulia. Mereka adalah Abdullah bin Zubair, Mus'ab bin Zubair, Urwah bin Zubeir, dan satu lagi adalah Abdul Malik bin Marwan.
Mereka saling mengungkapkan apa yang menjadi obsesinya.
Abdullah bin Zubair angkat bicara, "Cita-citaku adalah menguasai seluruh Hijaz dan menjadi khalifahnya." Saudaranya, Mus'ab menyusulnya, "Keinginanku adalah dapat menguasai dua wilayah Irak dan tak ada yang merongrong kekuasaanku." Adapaun Abdul Malik bin Marwan berkata, "Bila kalian berdua merasa cukup dengan itu, maka aku tidak akan puas sebelum bisa menguasai seluruh dunia dan menjadi khalifah setelah Mu'awiyah bin Abi Sufyan.
Sementara itu Urwah diam seribu bahasa, lalu semua mendekati dan bertanya, "Bagaimana denganmu, apa cita-citamu kelak wahai Urwah?" Beliau berkata, "Semoga Allah memberkati cita-cita kalian dari urusan dunia, aku ingin menjadi alim (orang berilmu yang mau beramal), sehingga orang-orang akan belajar dan mengambil ilmu tentang kitab Rabbnya, sunnah Nabinya dan hukum-hukum agamanya dariku, lalu aku berhasil di akhirat dan memasuki jannah dengan ridla Allah."
Hari-hari berganti serasa cepat. Pada gilirannya, Abdullah bin Zubair menjadi penguasa atas Hijaz, Mesir, Yaman, Khurasan dan Irak yang pada akhirnya terbunuh di ka'bah, tak jauh dari tempatnya mengungkapkan cita-citanya dahulu. Mus'ab bib Zubair telah menguasai Irak sepeninggal saudaranya Abdullah, dan akhirnya juga terbunuh ketika mempertahankan wilayah kekuasaannya.
Adapaun Abdul Malik bin Marwan, akhirnya menjadi khalifah setelah ayahnya wafat dan bersatulah suara kaum muslimin, dia berhasil menjadi raja dunia terbesar pada masanya. (Shuawaru min Hayaatit Taabi'in, karya Ra'fat Bsya)
Begitupun dengan Urwah bin Zubeir. Beliau menjadi ulama panutan di zamannya. Ibnu Sa'ad dalam Thabaqat kedua dari penduduk Madinah menyebutkan, "Urwah adalah seorang yang tsiqah, banyak meriwayatkan hadits, faqih, alim, tsabit dan bisa dipercaya." (Kitab At Tahdzib). Bahkan tidak sedikit dari kalangan sahabat Nabi SAW yang bertanya kepada beliau tentang ilmu, meskipun beliau seorang tabi'in.
Realita Tak Jauh dari Cita-cita
kisah keempat remaja itu membuka mata kita, bahwa apa yang didapatkan manusia, tak akan jauh dengan apa yang menjadi obsesinya. Karena obsesi dan cita-cita itu akan menggerakan pemiliknya menuju tujuannya. Fokus pikiran, tenaga dan potensi yang dimilikinya akan tercurah untuk meraih apa yang menjadi impiannya.
Karena itu, jangan tanggung-tanggung menetukan cita-cita, jangan merendahkan diri untuk menetapkan target dan tujuan. Cita-cita yang biasa saja, akan menjelam menjadi usaha yang apa adanya, dan pada gilirannya hanya akan memanen hasil yang biasa-biasa pula. Padahal Allha menyukai urusan yang tinggi-tinggi,
"Sesungguhnya Allah menyukai permasalahan yang tinggi-tinggi dan Allah tidak menyukai hal-hal yang rendah." (HR. Thabrani)
Dalam banyak dalil, Allah dan Rasul-Nya telah memotivasi kita untuk optimis dalam bercita-cita. Jiwa yang mulia pun tak akan ridla dengan hal-hal yang bisa saja, perhatikanlah doa-doa ornag-orang yang dipuji oleh Allah
"Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Furqan : 74)
Kedudukan muttaqin memang sudah istimewa. Tapi ternyata, doa yang dipanjatkan bukan saja menjadi muttaqin, tapi iman atau pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. Ini menunjukan optimisme yang tinggi, himmah dan semangat yang luar biasa untuk meraih derajat yang agung.
Nabi SAW juga menganjurkan kita,
"Jika engkau memohon jannah kepada Allah, maka mohonlah Firdaus, karena Firdaus adalah jannah yang paling tengah dan paling tinggi, di atasnya adalah Arsy Ar-Rahman, dan darinya pula sungai-sungai jannah mengalir." (HR. Bukhari)
Sungguh beruntung orang yang masuk jannah, tak ada sedikitpun yang membuatnya susah atau menderita, meskipun sesorang mendapatkan jannah pada tingkatan yang paling bawah. Tapi, ternyata Nabi SAW menghasung kita memohon kepada kita jannah yang paling tinggi derajatnya. Karena permohonan yang merupakan ungkapan dari cita-cita itu akan memndorong seseorang untuk berusaha mencurahkan segala potensinya untuk meraih tujuannya yang mulia.
Sehebat Apakah Cita-citamu
Sekarang, kita lihat seberapa hebat cita-cita kita. Mumpung masih ada waktu untuk merevisinya, masih ada peluang untuk menata ulang rencana dan usaha. Dan sebagai akhir kalam, saya cukupkan anda dengan satu sempel yang bisa kita jadikan sebagai referensi dalam memancangkan cita-cita. Adalah Imam Ibnu Al jauzi, sejak kecil memiliki obsesi yang tinggi dalam hal ilmu. Hingga mendorongnya melakukan usaha yang luar biasa, dan hasil yang dicapainya, sulit pula diimbangi oleh orang sezamannya, dan juga setelahnya. Dia bercerita, "Saya merasakan nikmatnya mencari ilmu, hingga penderitaan dijalan ilmu bagi saya lebih manis dari madu, karena besarnya harapan saya untuk mendapatkan ilmu. Di waktu kecil saya membawa bekal roti kering untuk mencari hadits. Saat istirahat dipinggir sungai, saya tidak bisa makan roti itu saking kerasnya. Satu-satunya cara, saya celupkan roti itu ke sungai, baru aku bisa memakannya. Sekali menelan, saya ikuti dengan meminum air sungai. Kesusahan itu tidak terasa, karena yang ada dibenakku hanyalah kelezatan saat mendapatkan ilmu."
Adapun hasilnya, beliau pernah memotivasi puteranya dan berkata, "Dengan jariku ini, aku pernah menulis 2000 jilid buku, seratus ribu orang bertaubat, dan ada 20.000 orang yang masuk Islam dengan sebab dakwahku." Wallahu Alam
Leia Mais

Resep Islam menjauhi sikap malas


malas
Seandainya..." Kata ini begitu akrab dalam kehidupan sehari-hari. Disadari atau tidak, sebagian besar orang boleh jadi biasa mengucapkannya, "Seandainya aku melakukan begini, tentunya begini dan begini, tidak begini..."

Nabi Muhammad SAW sangat tak menyukai umatnya mengumbar kata-kata 'seandainya'. Bahkan, dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, kalimat lau (seandainya) membawa kepada perbuatan setan."

Syekh Shaleh Ahmad asy-Syaami, menjelaskan, kata 'seandainya' tidak membawa manfaat sama sekali. Menurutnya, meskipun seseorang mengucapkan ungkapan itu, ia tidak akan mampu mengembalikan apa yang telah berlalu, dan menggagalkan kekeliruan yang telah terjadi. Dalam bukunya bertajuk Berakhlak dan Beradab Mulia, Syekh asy Syaami mewanti-wanti bahwa ungkapan 'seandainya' bisa berkonotasi sebagai angan-angan semu, dan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

"Sikap seperti ini adalah sikap yang lemah dan malas," ujarnya. Bahkan, kata dia, Allah SWT pun membenci sikap lemah, tidak mampu, dan malas. Dalam hadis dinyatakan, "Allah SWT mencela sikap lemah, tidak bersungguh-sungguh, tetapi kamu harus memiliki sikap cerdas dan cekatan, namun jika kamu tetap terkalahkan oleh suatu perkara, maka kamu berucap 'cukuplah Allah menjadi penolongku, dan Allah sebaik-baik pelindung." (HR Abu Dawud).

Sikap tangkas dan cerdas yang di maksud, tutur dia, melakukan usaha dan tindakan-tindakan yang bisa membawa pada keberhasilan meraih sesuatu yang bermanfaat, baik di dunia maupun akhirat. Ini, sambung Syekh asy-Syaami, merupakan bentuk aplikasi terhadap hukum kausalitas yang telah Allah tetapkan.

Keutaman dari sikap tangkas dan cerdas yakni bisa menjadi pembuka amal kebaikan. Sebaliknya, sikap lemah dan malas, seperti telah di ingatkan Rasulullah SAW, hanya akan mendekatkan diri kepada setan. "Sebab, jika seseorang tidak mam pu atau malas melakukan se sua tu yang bermanfaat baginya dan ma syarakat sekitar, maka ia akan selalu menjadi seseorang yang kerap berangan-angan," paparnya.

Perbuatan dan sikap semacam itu, selain kontraproduktif serta tidak akan membawa pada keberhasilan, juga sama saja dengan membuka amal perbuatan setan karena pintu amal setan tidak lain adalah sikap malas dan lemah. Merekalah, tegas as-Syaami, adalah orang yang paling merugi.

Mengapa dikatakan orang yang paling merugi? Sebab, sifat malas dan lemah merupakan kunci segala bencana. Seperti, perbuatan maksiat sudah pasti terjadi karena lemahnya keimanan dan ketakwaan seseorang sehingga berani melanggar larangan agama.

Jadi, dia menambahkan, seorang hamba yang memiliki dua sifat tercela tadi, berarti ia tidak mampu melaksanakan amal perbuatan ketaatan serta tidak bisa melakukan hal-hal yang bisa membentengi dirinya dari godaan perbuatan jahat maupun maksiat.

Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Barri jilid XI menggarisbawahi, apabila penyakit hati itu telah menjangkiti manusia, maka ia akan mulai mendekati larangan Allah. Dia pun menjadi enggan untuk bertobat. Untuk itu, Nabi SAW memberikan tuntunan doa bagi umatnya agar terhindar dari dua jenis sifat tercela tadi. Rasulullah SAW berdoa, "Ya Allah, hamba meminta perlindungan kepadaMu dari kecemasan dan kesedihan."

Cemas dan sedih, keduanya juga bersumber dari malas dan lemah. Karena, apa yang telah terjadi, tidak mungkin diubah atau dihapus hanya dengan kesedihan, namun yang perlu dilakukan adalah menerimanya dengan kerelaan, sabar dan iman.

Demikian pula sesuatu yang mungkin terjadi di waktu mendatang, juga tidak mungkin dapat diubah atau dihapus hanya dengan kecemasan atau kekhawatiran. Maka itu, seseorang harus selalu siap membekali diri dengan sikap-sikap yang baik untuk menghadapi segala kemungkinan.

Oleh karenanya, Islam sangat menjunjung tinggi optimisme, kerja keras, dan berusaha sekuat tenaga. Jiwa seorang Muslim sejati adalah yang meyakini bahwa rezeki Allah SWT sangatlah berlimpah, dan disediakan bagi siapapun yang mampu menggapainya dengan semangat dan etos kuat.

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS al Jumu'ah [62] : 10) Ada perbedaan antara harapan dan angan-angan. Harapan selalu dibarengi dengan usaha, sementara anganangan atau kemalasan hanyalah angan-angan kosong. Semoga kita dijauhkan dari sifat malas.
Leia Mais

Komitmen seumur hidup


Keputusan memilih Islam sebagai ‘way of  life’, meski banyak di antara kita terlahir sebagai orang Islam, sebab nenek buyut kita juga adalah orang-orang Islam, tentu bukanlah sikap main-main. Ia harus berasal dari kesadaran sepenuh keyakinan karena pilihan ini akan membawa perubahan besar dalam hidup kita. Kualitasnya di dunia, serta hasil akhirnya di akhirat. Pilihan yang mengejawantah dalam bentuk ubudiyah dalam puncak kecintaan dan ketundukan kepada Allah yang Mahaagung dan Maha Pencipta segala yang wujud di mayapada.

Pilihan ber-islam, adalah pilihan cerdas yang tidak pantas untuk dipermainkan, apalagi disia-siakan. Tidak sepatutnya kita bersantai-santai, bermalas-malas, hingga melakukan diskriminasi atas  tuntutan pengamalannya. Karena, ia bukanlah pilihan bingung yang tidak membawa kepada keyakinan dan kesiapan berkorban untuk mengambil risiko karena telah memilihnya. Ia adalah pertaruhan hidup mati, selamat tersesat, serta bahagia celakanya kita.

Kita tidak bisa berkomitmen kepadanya hanya saat lapang, memiliki waktu luang, kondisi jiwa tenang, serta saat memberikan keuntungan dan kemenangan. Atau hanya ketika kita sakit, terhimpit, serta hidup terasa sulit. Tergopoh-gopoh kita memasrahkan diri kepada Allah pada saat merasa butuh, sedang pada banyak kesempatan yang lain kita bersikap acuh. Tidak! Keislaman kita terlalu agung dan mulia dibanding perlakuan seperti itu.

Karena Islam bukanlah ibarat sebuah klub dimana kita bisa datang dan pergi semaunya bila telah membayar iurannya. Atau semisal panti sosial yang kita kunjungi saat membutuhkannya. Atau seperti rumah sakit yang kita hampiri saat sakit. Yang setelah semuanya normal dan baik-baik saja, kita bergelimang kenikrnatan, kelezatan, dan naungan yang nyaman, boleh meninggalkan dan mengabaikannya.

Seringkali, penyebab lemahnya kita berkomitmen bukanlah karena kurangnya ilmu dan kesadaran akan datangnya kematian. Namun, ia muncul sebagai buah lemahnya iman dan cinta akan dunia yang berlebihan. Sebuah kerusakan di dalam kalbu, bukan di akal belaka! Maka terapinya adalah memperhatikan kebersihan kalbu dari berbagai kotoran dan mengobati berbagai penyakitnya itu.

Kita tidak ingin mendahulukan kelezatan sesaat dan kesenangan semusim di dunia, serta mencari kegembiraan sementara, dengan membayar kesedihan sepanjang masa di akhirat sana. Menceburkan diri ke dalam sumur maksiat dan keinginan rendah lagi hina, dengan berpaling dari ketaatan dan cita-cita mulia. Kita tidak ingin berada di bawah tawanan setan, di lembah kebingungan, dan terbelenggu di dalam penjara hawa nafsu.

Maka, memilih menjadi seorang muslim adalah ujian di atas ujian. Ia butuh mujahadah yang serius dan keteguhan yang utuh untuk menghadapi semua konsekwensinya. Ialah sebenar-benar sarana kita mengabdi kepada Allah, yang kita tidak akan pernah melepaskan pegangannya kecuali bersamaan dengan nafas terakhir yang keluar dari diri kita. Ya, hingga kematian datang menjemput kita!

Sebuah komitmen seumur hidup!
Leia Mais

Antara Sabar dan Mengeluh


Abul Hassan berangkat menunaikan ibadah haji ke Baitul Haram. Diwaktu tawaf tanpa sengaja dia melihat seorang wanita cantik dengan wajah yang bersinar dan berseri, indah sekali.

"Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita ini, pasti hidupnya bahagia tidak kurang satu apapun tanpa masalah yang membebani." Bisik Abul Hasan.

Ternyata wanita tersebut mendengar perkataannya dan menghampiri Abul HAsan lalu dia bertanya, "Apa yang Anda katakan? Demi Allah, kalau engkau tahu, aku masih dalam masa berkabung, berdukacita, dengan duka yang begitu dalam karena musibah yang sungguh berat kuterima dan tidak ada seorangpun ada disisiku untuk berbagi."

Abu Hassan bertanya, "Bagaimana itu bisa terjadi?"

"Suatu hari saat suamiku sedang menyembelih kambing, dua orang anak kami yang masih balita menyaksikan ayahnya menyembelih. Tanpa diduga anakku yang agak besar mengajak adiknya untuk bermain seperti pekerjaan ayahnya, si kakak menyembelih adiknya. Karena melihat darah yang berlumuran si kakak ketakutan dan lari ke atas bukit lalu menghilang."

Berhari-hari ayah dari anak-anakku mencarinya, bukannya berhasil menemukan anakku malah dia menemui ajalnya dibukit itu karena mati kehausan, sedang anakku yang lari itu pun meninggal disantap serigala.

Saat aku coba melihat jasad keduanya, bayiku yang masih belajar merangkak kuletakkan di dalam rumah. Tanpa kusadari dia merangkak menuju air yang tengah kudidihkan, dia menarik periuk yang berisi air mendidih lalu tumpah menyiram seluruh tubuhnya hingga menyebabkan kematiannya.

Dalam waktu yang singkat aku kehilangan semua orang-orang yang paling aku cintai. Dan kini aku tinggal sebatang kara."

Abul Hassan bertanya, "Tapi aku melihat engkau begitu sabar, tidak terlihat keluhan seperti orang pada umumnya yang tekena musibah, sekecil apapun, bagaimana Anda mengatasi musibah yang begitu berat ini?"

Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka."

_____________________

"Tidak ada balasan bagi hamba-Ku (Allah) yang Mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan surga baginya."

Rasulullah s.a.w bersabda, "Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang."

Dalam hadits yang lain, "Mengeluh diantara kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh jika sebelum taubat ia meninggal, maka Allah akan memotongkan pakaian baginya dari lap api neraka." (Riwayat oleh Imam Majah)


Semoga kita dijadikan sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa sabar dalam menghadapi segala musibah. Amien
Leia Mais

Kekuatan Cinta


kekuatan cinta
Tahukah anda kekuatan sebuah cinta? Sadarkah kita bagaimana cinta bisa menjelma menjadi energi yang tiada habisnya? Qais, yang kemudian dikenal sebagai Majnun, membuktikan itu semua.

Qais mencintai Laila sepenuh hati. Ketika orang tua Laila menghalangi cinta mereka, Qais bukannya mundur malah ia berubah menjadi Majnun, pecinta yang tergila-gila pada Laila sehingga hidupnya berubah total.

Hakim Nizhami, sufi agung yang menuliskan kisah ini, melukiskan bagaimana cinta tak mengenal lelah, bagaimana lapar dan dahaga tak dihiraukan oleh Majnun, bagaimana energi cinta yang dihasilkan Majnun mampu menundukkan segenap binatang buas di hutan tempat persembunyiannya.

Loyalitas Laila pun tak bergoyang meskipun ayahnya menikahkannya dengan paksa kepada seorang bangsawan. Sampai akhir hayatnya bangsawan itu tak berhasil menyentuh Laila, yang notabene telah dipersuntingnya.

Ketika datang rasa rindu, bibir Majnun kering melantunkan tembang pujian dan syair kerinduan untuk Laila, ketika pagar rumah orang tua Laila menghalangi komunikasi mereka, Laila menulis surat cinta di potongan kertas kecil lalu ia biarkan angin membawanya sampai ke Majnun.

Ayah Majnun mencoba memberikan alternatif untuk Majnun. Dibuatlah pesta yang dihadiri segenap gadis cantik, namun bukanlah Majnun kalau tak mampu bersikap loyal pada kekasihnya. Majnun menampik semua tawaran itu.

Banyak orang yang percaya, bahwa kisah Laila Majnun itu merupakan simbol belaka. Hakim Nizhami sebenarnya hanya menunjukkan bagaimana sikap seorang pecinta sejati kepada kekasihnya. Ketika Laila dan Majnun telah tiada, konon, seorang sufi bermimpi melihat Majnun hadir dihadapan Tuhan. Tuhan membelai Majnun dengan penuh kasih sayang seraya berkata, "Tidakkah engkau malu memanggil-manggi-Ku dengan nama Laila, sesudah engkau meminum anggur Cinta-Ku?"

Seperti Majnun yang mengeluarkan energi yang tiada habisnya, di bulan ramadhan ini kita pun belajar untuk menaikkan maqam cinta kita kepada Allah.Energi cinta yang kita pancarkan dibulan puasa seyogyanya mampu menundukkan nafsu buas di sekeliling kita.

Bibir kering dan perut lapar bukanlah alasan untuk menampik sebuah cinta ilahi. Dari tenggorokan yang kering justru keluar Bacaan Yang Mulia dan asma Kekasih Sejati kita, Allah swt. Ketika disekeliling kita banyak yang menyodorkan alternatif kebahagiaan, sebagaimana Majnun menolak tawaran ayahnya, kita pun bersikap setia pada kebahagiaan yang dijanjikan Allah kelak.

Ketika banyak yang mencoba memagari cinta kita dengan "pagar duniawi", seperti Laila yang mengungkapkan isi hatinya lewat potongan kertas yg dibawa angin, kita ungkapkan cinta sejati kita di bulan Ramadhan ini ke seluruh penjuru angin. Gema kalam ilahi di mana-mana, gema takbir terus mengalun, gema cinta terus dibawa angin menembus dinding perkantoran, pasar swalayan, gedung sekolah, taman perkotaan, rumah makan dan pusat-pusat perbelanjaan. Pagar-pagar itu tak akan mampu menghalangi cinta kita.

Di bulan Ramadhan ini sudahkah kita ukur cinta kita pada Allah swt. Malukah kita bila Majnun menegur kita, "sampai dimana pengorbananmu untuk Kekasih Sejatimu?" Bulan Ramadhan adalah media membuktikan cinta sejati itu, insya Allah!

Nadirsyah Hosen
Leia Mais

Mengatasi masalah tanpa masalah


Sebelum memutuskan untuk mengakhiri suatu masalah, pikirkan dahulu dampak sesudahnya agar kita tidak merasa menyesal.

Mengabaikan situasi bermasalah dan berharap kita cukup lama bersabar, maka masalah akan hilang dengan sendirinya, merupakan strategi yang diambil oleh banyak orang. Strategi menghindari akan cocok jika masalahnya sepele, meskipun demikian mengatasi masalah seperti itu justru akan menimbulkan masalah karena masalah harus diselesaikan bukan dihindari.
Mengatasi masalah tanpa memikirkan secara matang juga dapat mnimbulkan kerugian karena emosi dan amarah lebih berperan didalamnya. Segala masalah yang dihadapi adalah lebih baik dipikirkan terlebih dahulu sebelum akhirnya mmutuskan solusi apa yang akan dipakai oleh kita.
Sebaiknya kita memikirkan pemecahan bukan memikirkan masalah. Kehidupan kita yang penuh dengan masalah, terlalu mudah bagi kita untuk mengambil sikap tidak berdaya terhadap suatu masalah, bahkan menyerha sebelum waktunya. Menyerah saja sudah merupakan masalah, kita harus memiliki kemauan untuk mengubah apa yang tidak diinginkan menjadi sesuatu yang bisa kita syukuri pada akhirnya.
Ya, dengan masalah kita seharusnya menjadi lebih pintar dalam menghadapi masalah di depan, bukan justru berdiam diri dan mengasihani diri karena terkena satu masalah atau malah memecahkan masalah dengan emosi sehingga menimbulkan masalah baru.
Tips mengatasi masalah dengan aman

  1. Kenali terlebih dahulu persoalan sebenarnya
  2. Pikirkan solusi dengan matang. Tarik dan pertimbangkan unsur positif dan negatif atas solusi yang akan digunakan. Setelah itu persiapkan diri untuk segala kemungkinannya.
  3. Jika membutuhkan saran orang lain, pilihlah orang yang pernah memiliki permasalahan yang sama.

 
"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. Ath-thalaq : 2)
Leia Mais

Masa depan ada di tanganmu


Orang lain hanya sebagai penonton atas segala yang terjadi dalam hidup karena masa depan bukan diberikan oleh mereka tapi diusahakan oleh diri kita sendiri.

Allah menghendaki kemudahan bagi kita dan kita mengupayakan segalanya di tangan kita. Impikan masa depan yang gemilang. Janganlah puas dengan hal yang biasa, umum, dan rata-rata. Prestasi yang biasa, teman-teman yang biasa, keadaan yang biasa, lingkungan yang biasa. Berusahalah untuk menemukan apa yang membuat kamu unik dan asli. Ingatlah, kamu adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan segala kesempurnaan, bahkan ketika kamu merasa kamu biasa-biasa saja.

Perubahan menuju sesuatu yang lebih baik hanya akan kamu dapatkan ketika kamu mengupayakan dengan uasaha dan doa bukan sekedar berpangku tangan menunggu keajaiban.

Situasi apapun bisa kita perbaiki dengan melakukan sesuatu yang berarti. Ketika kita berada pada kondisi tidak beruntung, maka kita akan mampu menjadi si beruntung saat mampu mengupayakan mimpi menjadi kenyataan. Masa depan ada di tanganmu sejauh mana kamu mampu meraihnya dengan keyakinan diri dan berpikir kamu mampu.

Tidak ada seorang pun yang mampu menolong diri kira dari situasi ketidakberuntungan selain diri kita sendiri. Kitalah yang menolong diri kita sendiri. Segeralah meyakini bahwa masa depan diupayakan oleh diri kita, masa depan ada di tangan kita.


Bagaimana mengupayakan bangkit dari keterpurukan

1. Pertebal keyakinan diri untuk bisa bangkit.
2. Pertolongan dan nasihat tidak banyak membantu kecuali kita membantu diri kita sendiri.


"sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-ra'ad : 11)
Leia Mais

Kalau gagal, engga apa-apa


Seharusnya kita merasa beruntung masih mndapatkan kegagalan karena dengan begitu kita dapat mencapai kebahagiaan

Gagal kan bukan berarti menutup jalan masa depanmu, justru kegagalan merupakan awal dari masa depan yang kamu idamkan.

Marilah kita sama-sama belajar dari kegagalan dan memaknainya selalu. Kegagalan memang manusiawi, sebab manusia memiliki keterbatasan dalam hidupnya. Manusia tidak diciptakan menjadi makhluk serba tahu. Manusia barulah akan mengetahui banyak hal ketika dia banyak melakukan percobaan. Ketika menang, akhirnya kita tahu bagaimana kita bisa melangkahkan kaki untuk menjadi pemenang, demikian pula ketika gagal, akhirnya kita juga semakin tahu di sebelah mana yang dapat menyebabkan kegagalan. Tentunya setelah itu, kita tidak boleh melakukan kegagalan yang sama secara berulang-ulang.

Jika kita ingin mendapatkan sesuatu yang kita inginkan jangan kecewa pada kegagalan. Jika kita ingin mendapatkan kebaikan, belajarlah dari kegagalan. Kegagalan yang diberikan Allah harus kita manfaatkan sebagai ajang introspeksi diri. Jangan biarkan kegagalan hanya menyisakan kesedihan dan kita tidak sukses mengambil pelajaran yang diberikan.



Manfaat kegagalan

 
1. Kegagalan akan memberika kita tambahan pengetahuan (ilmu).
2. Kegagalan yang disikapi dengan positif akan memberikan tambahan kekuatan untuk menjalani hidup.
3. Kegagalan adalah tangga untuk meraih prestasi.
4. Kegagalan akan memberikan banyak hikmah, sehingga kita dapat melakukan langkah berikutnya dengan lebih baik.



"Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu." (QS. Muhammad : 31)
Leia Mais

Jangan dulu puas


Jika kita sudah mendapatkan yang besar, kenapa ikan kecilnya harus kita lepaskan? Kenapa tidak dua-duanya kita ambil?

Dunia memang bukan segala-galanya. Namun untuk mencapai dunia kita harus merasa bahwa kita hidup untuk seribu tahun, sehingga apa yang akan kita upayakan selalu lebih giat. Demikian pula ketika kita beribadah, kita harus merasa bahwa hidup kita akan berakhir hari ini. Kedua-duanya akan membuat kita tidak puas.

Ketidakpuasan kadang menuntut kita untuk melakukan lebih dari apa yang sudah kita lakukan dan dapatkan. Akan tetapi, ketidakpuasan memang membuat kita selalu saja berpikir lebih maju.

Dengan ketidakpuasan kita selalu berusaha mendayagunakan seluruh kekuatan diri untuk pencapaian hal yang lebih baik lagi. Lebih…….. lebih……… lebih………, dan lebih baik !

Jangan puas pada apa yang kita miliki. Ketidakpuasan bukan berarti tidak menikmati apapun, akan tetapi ketidakpuasan lebih kepada keinginan kita untuk memenuhi dahaga akan sesuatu. Dahaga akan memperoleh ilmu dunia dan akhirat.

Selagi kita masih diberikan kesempatan untuk mendapatkan hal yang lebih baik maka kita harus dapat memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin. Jangan dilalaikan setiap kesempatan untuk perkembangan kita.


3 alasan kita hanya tidak boleh merasa puas

1. Mengenal Allah.
2. Menambah keimanan.
3. Mencari ilmu pengetahuan.


"Ambillah kesempatan lima sebelum lima, mudamu sebelum tua, sehatmu sebelum sakit, kayamu sebelum melarat, hidupmu sebelum mati, dan senggangmu sebelum sibuk." (HR Hakim dan Baihaqi)
Leia Mais

Hadits Hadits Motivasi Menuntut dan Menyebarkan Ilmu


Sesungguhnya orang yang menunjuki kebaikan, sama (pahalanya) dengan orang yang melakukan itu  (hasan sahih)    

Seorang yang faqih itu lebih berat bagi setan daripada seribu orang ahli ibadah. (gharib – dhaif)    

Barangsiapa yang di kehendaki Allah kebaikan padanya, niscaya Dia memahamkannya dalam agama (hasan sahih)    

Barangsiapa yang sengaja berbohong atas namaku maka hendaklah mempersiapkan tempat duduknya di neraka. (sahih – mutawatir)    

Barangsiapa berjalan di suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. (hasan)    

Barang siapa yang belajar ilmu maka itu adalah kafarat bagi apa yang pernah lalu (dhaif)    

Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia ketahui kemudian dia menyembunyikannya, maka dia akan dicambuk pada hari kiamat dengan cambuk dari neraka (hasan)    

Barangsiapa belajar Ilmu untuk selain Allah atau menginginkan selain Allah, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya (kelak) di neraka (hasan)    

Kalimat hikmah adalah barang seorang mukmin yang hilang, maka dimana saja ia menemukannya ia lebih berhak untuk mengambilnya (gharib – dhoif)    

Barangsiapa menghidupkan sunnahku, berarti dia mencintaiku dan barangsiapa mencintaiku, maka dia akan bersamaku di surga (hasan gharib)    

Barangsiapa menuntut ilmu untuk mendebat para ulama, atau untuk mengolok-olok orang bodoh atau untuk mengalihkan pandangan manusia kepadanya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka (dhaif)    

Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan cara mencabutnya langsung dari manusia, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, hingga ketika Dia tidak meninggalkan seorang alim (di muka bumi) maka manusia menjadikan orang-orang jahil sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, maka mereka memberikan fatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan. (sahih)    

Allah memperindah seseorang yang mendengar perkataanku, dia memahaminya, menghafalnya dan menyampaikannya, bisa jadi orang yang mengusung fiqih menyampaikan kepada orang yang lebih faqih darinya. Dan tiga perkara yang mana hati seorang muslim tidak akan dengki terhadapnya; mengikhlaskan amalan karena Allah, saling menasehati terhadap para pemimpin kaum muslimin, berpegang teguh terhadap jama’ah mereka, sesungguhnya da’wah meliputi dari belakang mereka.” (sahih)    

Barangsiapa menyeru kepada petunjuk maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun, dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka dia mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun“. ( hasan shahih)    

Barangsiapa mensunnahkan sunnah kebaikan, lalu dia diikuti atasnya, maka dia mendapatkan pahalanya dan seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun, dan barangsiapa mensunnahkan sunnah kejelekan, lalu dia diikuti atasnya, maka dia mendapatkan dosanya dan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun (hasan sahih)    

Keutamaan seorang alim dari seorang abid seperti keutamaanku dari orang yang paling rendah di antara kalian,  kemudian beliau melanjutkan sabdanya: “Sesungguhnya Allah, MalaikatNya serta penduduk langit dan bumi bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” (gharib – sahih)    

Aku wasiatkan kepada kalian untuk (selalu) bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta’at meskipun terhadap seorang budak habasyi, sesungguhnya siapa saja diantara kalian yang hidup akan melihat perselisihan yang sangat banyak, maka jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang dibuat-buat, karena sesungguhnya hal itu merupakan kesesatan. Barangsiapa diantara kalian yang menjumpai hal itu hendaknya dia berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham.(sahih)    

Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya (HR Bukhari)
    
“Barangsiapa berbicara tentang Kitabullah ‘azza wajalla menggunakan pendapatnya, meskipun benar maka ia telah salah.” (HR Abu Daud) – ada perawi yang tidak kuat     
“Demi Allah, sekiranya Allah memberi petunjuk kepada seorang laki-laki melalui perantaramu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” (HR Ibnu Majah, Abi Daud)    
Dunia itu terlaknat dan terlaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan yang berhubungan dengannya, atau seorang yang ‘alim dan mengajarkan ilmunya. (HR Ibnu Majah 4102)     
“Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan baunya Surga pada Hari Kiamat. (HR Ahmad, Abi Daud, Ibn Majah)     
Perumpamaan agama yang aku diutus Allah ‘azza wajalla dengannya, yaitu berupa petunjuk dan ilmu ialah bagaikan hujan yang jatuh ke bumi. Diantaranya ada yang jatuh ke tanah subur yang dapat menyerap air, maka tumbuhlah padang rumput yang subur. Diantaranya pula ada yang jatuh ke tanah keras sehingga air tergenang karenanya. Lalu air itu dimanfaatkan orang banyak untuk minum, menyiram kebun dan beternak. Dan ada pula yang jatuh ke tanah tandus, tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Seperti itulah perumpamaan orang yang mempelajari agama Allah dan mengambil manfaat dari padanya, belajar dan mengajarkan, dan perumpamaan orang yang tidak mau tahu dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku di utus dengannya.” HR Bukhari Muslim
Leia Mais

Kisah Sahabat Kecil Kita Si Semut


Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
(QS. Al-Baqarah, 2:32)

   
Dalam perjalanannya ke sekolah setiap hari, Umar berjalan melewati halaman rumah di seberang jalan dan menunggu di sana untuk beberapa saat. Temannya yang sangat baik tinggal di dalam taman ini. Tak seorangpun tahu siapakah teman ini, tetapi Umar sangat menyayanginya. Umar tidak pernah lupa untuk mengunjungi temannya, dan sangat senang bersahabat dengannya. Lagi pula, temannya ini lebih pandai dari siapapun juga. Meskipun tubuhnya sangat kecil, teman Umar ini mampu melakukan berbagai pekerjaan penting. Ia juga sangat rajin bekerja. Ia melakukan seluruh pekerjaannya dengan sangat baik dan tepat waktu, seolah-olah ia adalah seorang prajurit dalam angkatan bersenjata. Kendatipun ia tidak bersekolah sebagaimana Umar, ia mampu melakukan berbagai macam kewajiban-kewajiban yang harus ia lakukan dalam hidupnya.

Tentunya engkau bertanya-tanya, siapakah teman mungil ini?

Teman rahasia Umar adalah seekor semut kecil, yang dapat melakukan berbagai pekerjaan yang menakjubkan.

Engkau mungkin belum pernah mendengar betapa terampil dan pandainya semut-semut itu. Beberapa di antara kamu bahkan mungkin menganggap mereka sebagai serangga-serangga sederhana yang berkeliaran sepanjang hari tanpa melakukan pekerjaan apapun. Akan tetapi jika ada di antara kalian yang beranggapan demikian, maka kalian telah keliru. Sebab semut, seperti halnya makhluk hidup yang lain, juga memiliki cara hidupnya sendiri.

Umar berkesempatan untuk mempelajari seluk-beluk kehidupan semut dari temannya, sang semut. Inilah yang menyebabkan mengapa Umar tidak pernah lupa mengunjungi temannya dan sangat senang bercakap-cakap dengannya.

Umar sangat takjub dengan hal-hal yang ia pelajari dari temannya tentang dunia semut. Dia ingin berbagi segalanya yang ia pelajari dengan orang lain tentang ketrampilan, kepandaian dan semua kemampuan luar biasa yang dimiliki teman kecilnya itu.

Lalu, apakah yang membuat Umar begitu gembira? Mengapa ia begitu terpesona dengan dunia semut? Engkau pasti bertanya-tanya mengapa. Kalau begitu, teruslah membaca...............



Semut memiliki jumlah yang jauh lebih banyak dari kebanyakan makhluk hidup lain di dunia ini. Untuk setiap 700 juta semut yang lahir di dunia ini, hanya ada 40 bayi manusia baru. Dengan kata lain, jumlah semut di dunia lebih banyak dibandingkan jumlah manusia.

Keluarga semut juga sangat besar. Sebagai contoh, engkau mungkin mempunyai keluarga beranggotakan 4-5 orang. Sebaliknya, dalam satu keluarga semut, kadang terdapat jutaan semut. Sekarang coba pikirkan barang sejenak: jika engkau memiliki kakak dan adik laki-laki ataupun perempuan dengan jumlah jutaan, dapatkah kalian hidup dalam satu rumah? Tentu saja tidak!

Beberapa keluarga semut melakukan pekerjaan layaknya tukang jahit, sebagian yang lain bercocok tanam seperti petani, dan bahkan sebagian lagi ada yang memiliki peternakan-peternakan kecil dimana mereka memelihara beberapa binatang yang lebih kecil. Sebagaimana manusia yang mengembangbiakkan sapi dan mengambil susunya, semut juga beternak kutu tanaman kecil (afid) dan memanfaatkan susunya.

Sekarang marilah kita dengarkan kisah Umar tentang dunia semut.


bagi yang mau download kisahnya, silahkan klik dibawah ini or HERE


Leia Mais

Segelas Air Sebanding dengan Sejuta Pound


segelas air
Penulis terkenal kebangsaan Mesir yang bernama Mustafa Amin, dimana beliau adalah salah satu yang dijebloskan ke dalam penjara di masa pemerintahan Gamal Abdul Naser pada tahun 1965, menceritakan kisahnya saat berada di dalam penjara.

Ia berkata, “Di antara bentuk penganiayaan yang ditetapkan pemerintah pada saat itu adalah melarang penghuni penjara makan dan minum. Larangan untuk makan sangatlah menyakitkan, walaupun masih memungkinkan untuk bertahan, akan tetapi haus adalah siksaan yang tidak mungkin bisa ditanggung, khususnya di bulan-bulan musim panas dengan derajat panas yang tinggi sekali
Selain itu saya mempunyai penyakit gula, yang mengharuskan saya banyak minum. Di hari pertama pelarangan ini, saya masuk kamar kecil, di sana saya mendapatkan tempat air yang berisi air untuk istinja’, kemudian saya minum air tersebut sampai habis, dan sebagai ganti untuk istinja’, saya gunakan tissu toilet. Dengan semakin bertambahnya rasa hausku, saya terpaksa minum air kencing. Sampai di hari ketiga, saya tidak mendapatkan air kencing untuk saya minum.

Saya sangat haus, saya merasakan siksaan yang sangat pedih. Kemudian, saya berjalan-jalan di dalam sel saya sehingga nampak seperti orang gila. Lidah dan tenggorokan saya kering. Terkadang saya menunduk ke lantai dengan harapan semoga sipir penjara terlupa dan menyisakan setetes air ketika mereka mengepel lantai!!

Setelah itu saya merasakan bahwa saya hampir binasa, dalam kondisi seperti itu saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan, saya kuras pikiranku, sampai saya terhuyung-huyung, ketika itu aku malihat bahwa pintu sel dibuka dengan perlahan-lahan, dan dalam kegelapan saya perhatikan ada tangan seseorang mengulurkan segelas air dingin. Saya tergoncang, terbayang seolah-olah aku telah gila? Aku mulai melihat bayangan orang itu, ah … tidak mungkin ini air … ini hanyalah fatamorgana. Kemudian, saya ulurkan tangan dan saya benar-benar menyentuh gelas tersebut, ternyata sedingin es. Saya melihat pembawa gelas tadi meletakkan jarinya di atas bibirnya, seolah-olah ia berkata kepada saya, ‘Janganlah kamu bicara’.

Saya minum air tersebut, akan tetapi ia sangat berbeda dengan air yang pernah saya minum selama ini, ia adalah air yang paling nikmat yang pernah saya minum di dalam kehidupan saya sebelumnya. Kalau seandainya pada waktu itu aku memegang uang satu juta pound (junaih), niscaya aku berikan kepada sipir yang tidak kukenal ini.

Minum air segelas tersebut membuat ruh saya seakan kembali ke tubuh dan tidak perlu lagi makan karena kenyang. Bahkan, lebih dari itu, aku merasa tidak perlu dikeluarkan dari penjara. Saya merasakan kebahagiaan yang belum pernaha saya rasakan selama hidup saya, semua itu disebabkan segelas air yang dingin.

Setelah itu, sipir pergi dengan cepat seperti kedatangannya tadi dan menutup pintu sel dengan perlahan. Saya melihat bayangan sipir, ia adalah pemuda yang berkulit coklat dan berbadan pendek. Akan tetapi, saya merasakan ia seperti malaikat. Saya melihat langsung pertolongan ALlah di sel penjara.

Hari yang penuh siksaan terus berjalan, tanpa pernah lagi melihat sipir yang tidak saya kenal itu. Kemudian, saya dipindahkan ke ruangan penyiksaan di lantai dasar penjara. Setiap hari melihat sipir yang tidak saya kenal itu berdiri di hadapan saya. Ketika itu saya hanya berdua. Saya bertanya dengan perlahan-lahan kepadanya, ‘Kenapa engkau lakukan perbuatan itu? Kalau mereka mengetahuinya tentu memecatmu’.

Dengan menyunggingkan senyum, ia menjawab, ‘Hanya memecat saya!? Bahkan, mereka akan membunuh saya dengan menembakkan senjata?’
Saya bertanya, ‘Apa yang membuatmu melakukan hal yang berbahaya itu?

Ia menjawab, ‘Sesungguhnya saya mengenal anda, namun anda tidak mengenal saya. Kira-kira 9 tahun yang lalu, seorang petani dari Giza mengirim surat kepada anda, yang isinya menceritakan bahwa ia adalah seorang petani yang tinggal di sebuah perkampungan, dalam hidupnya ia sangat menginginkan membeli seekor sapi. Akan tetapi, setelah 6 bulan sapi yang berhasil dibelinya tersebut mati. Beberapa bulan setelah itu, yakni pada malam-malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan, tiba-tiba pintu rumah yang sempit kepunyaan petani itu diketuk, dan datanglah utusan dari harian koran anda, Akhbarul Yaum, sambil memegang tali yang mengikat seekor sapi di belakangnya. Ketika itu koran harian Akbarul Yaum selalu mewujudkan beratus-ratus impian para pembacanya di malam-malam Lailatul Qadar di setiap tahunnya’.

Sipir itu terdiam sebentar, kemudian ia berkata, ‘Petani yang telah Anda kirimi seekor sapi kepadanya 9 tahun yang lalu adalah ayahku’.

Bukankah telah aku katakan kepada kalian tadi bahwa pertolongan Allah menyertaiku saat aku di dalam sel penjara?!

Demikianlah perbuatan baik yang telah dilakukan seorang penulis sejak 9 tahun yang lalu terhadap seorang petani telah membuahkan hasil dan bisa menyelamatkan hidup sang penulis (dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala). Segelas air di saat-saat ujian yang berat sekali lebih berharga dan lebih nikmat dari segala yang ada didunia.

Oleh karena itu, jadikanlah dalam beramal ikhlas semata-mata karena Allah Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya. Menginfakkan harta di jalan kebaikan, pasti akan mendapatkan balasan walaupun setelah lama berlalu masanya. Terkadang balasan perbuatan baik itu akan berlipat ganda. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah: 272, yang artinya:

“Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Janganlah kamu membelanjakan sesuatu, melainkan karena mencari keridhaan Allah. Apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan). ”

Sumber: Bila Amal Dibayar Kontan (Terjemahan: Kama Tadinu Tudanu, pengarang Sayyid Abdullah Sayyid Abdurrahman Ar-Rifa’i Abu Hasyim).
Leia Mais

Al quran dan As sunnah sebagai sumber ajaran agama Islam


Hadits Rasulullah SAW, yaitu:

”Kutinggalkan kepadamu dua perkara, dan kamu sekalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya).









A. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dijaga dan dipelihara oleh Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai berikut:

”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al=Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS 15:9)

”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an. Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS 4:82)

Al-Qur’an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat mengaggumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada bulan Ramadhan. Wahyu yang pertama kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5. Al-Qur’an memiliki beberapa nama lain, antara lain adalah Al-Qur’an (QS. Al-Isra: 9), Al-Kitab (QS. Al-Baqoroh: 1-2), Al-Furqon (QS. Al-Furqon: 1), At-Tanzil (QS> As-Syu’ara: 192), Adz-Dzikir (Surat Al-Hijr: 1-9).

Kandungan Al-Qur’an, antara lain adalah:
1. Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada Allah, keimanan kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, hari akhir, qodli-qodor, dan sebagainya.

2. Prinsip-prinsip syari’ah sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah jalan dan tetap dalam koridor yang benar bagaiman amenjalin hubungan kepada Allah (hablun minallah, ibadah) dan (hablun minannas, mu’amalah).

3. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa bagi yang berbuat dosa (nadzir).

4. Kisah-kisa sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum masyarakat terdahulu, baik yang berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan.

5. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan: astronomi, fisika, kimia, ilmu hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, sastra, budaya, sosiologi, psikologi, dan sebagainya.


Keutamaan Al-Qur’an ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:

1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya

2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Qur’an (HR. Turmuzi)

3. Orang-orang yang mahir dengan Al-Qur’an adalah beserta malaikat-malaikat yang suci dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Qur’an dan kurang fasih lidahnya berat dan sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim).

4. Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).

5. Bacalah Al-Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Qur’an sebagai penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).


Al-Qur’an sebagai Kalamullah.

Al-Qur’an adalah wahyu harfiah dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab dan membacanya adalah ibadah. Sebagai Kalamullah, Al-Qur’an dalam bentuk aslinya berada dalam indu Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) dalam lindungan Tuhan. Lalu diturunkan kepada Nabi dalam bahasa kaumnya (bahasa Arab).

Tuhan dalam menyampaikan firman-Nya kepada mansusia dialkukan dengan tiga cara, yaitu:

   1. Dengan wahyu (langsung ke dalam hati Nabi)
   2. Di belakang tabir (wahyu diserap oleh indera Nabi tanpa melihat pemberi wahyu)
   3. Dengan mengutus malaikat (Jibril) yang membacakan wahyu.

Fungsi Al-Qur’an antara lain adalah:

   1. Menerangkan dan menjelaskan (QS. 16:89; 44:4-5)
   2. Al-Qur’an kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. 2: 91, 76)
   3. Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. 2: 41, 91, 97; 3: 3; 5: 48; 6: 92; 10: 37; 35: 31; 46: 1; 12: 30)
   4. Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
   5. Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
   6. Sebagai pemberi kabar gembira
   7. Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)
   8. Sebagai peringatan
   9. Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52)
  10. Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20)
  11. Sebagai pelajaran

Al-Qur’an sebagai Mukjizat


Mukjizat memiliki arti melemahkan, mengalahkan, atau membuat tidak kuasa. Al-Qur’an sebagai mukjizat berarti ia dapat mengalahkan atai melemahkan sehingga tida ada seorangpun yang kuasa melawannya. Mukjizat tersebut dapat berupa keindahan susunan bahasanya dan dari kedalaman isinya.
Dari segi bahasa, Al-Qur’an, tidak ada seorang pun yang dapat menandinginya. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukanlah buatan manusia, melainkan murni wahyu dari Allah SWT. Terhadap orang-orang yang tidak percaya kepada Al-Qur’an, Tuhan menantang mereka secara bertahap:

         1. Menantang mereka untuk menyusun karangan semacam Al-Qur’an secara keseluruhan
         2. Kalau tak bisa, silakan menyusun sepuluh surat saja semacam Al-Qur’an
         3. Kalau tak bisa, silakan menyusun satu surat saja
         4. Jika tidak bisa juga, Tuhan menantang manusia unti membuat sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan surat Al-Qur’an

Bagaimanapun usahanya, manusia tidak akan bisa dan pasti tidak akan mampu untuk menyaingi Al-Qur’an.

dari segi isi, susunan bahasa, sastra, dan keindahannya, apa yang ada dalam Al-Qur’an bukan sekadar tanpa makna. Makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an begitu luas. Ayat-ayatnya selalu memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas, dan selalu terbuka untuk menerima interpretasi baru. Al-Qur’an telah disesuaikan (sudah pasti disesuaikan) bagi seluruh zaman. Al-Qur’an berisi petunjuk agama atau syari’at, dan mengandung mukjizat, tuntunan hidup di dunia dan hidup sesudah mati, serta berita-berita gaib,  seperti berita tentang manusia akan dibangkitkan di hari akhirat. Al-Qur’an juga mengandung keterangan tentang isyarat-isyarat ilmiah. Seluruh ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya berasal dari Al-Qur’an.

Keutamaan membaca Al-Qur’an, yaitu membacanya adalah ibadah. Bagi orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapat pahala yang telah dijanjika Allah SWT. Menurut Ali Bin Abi Thalib, membaca Al-Qur’an dalah 50 kebajikan untuk tiap-tiap hurufnya apabila dibaca waktu melaksanakan sholat, 25 kebajikan apabila di luar sholat (dalam keadaan berwudhu), dan 10 kebajikan apabila tidak berwudhu. Bukan hanya membaca, mendengarkan orang yang membaca Al-Qur’an pun akan mendapat kan pahala. Selain membaca dan mendengar, belajar dan mengajarkan membaca Al-Qur’an pun adalah suatu kebajikan.

B. As-Sunnah

Sunnah dalam bahasa berarti tradisi, kebiasaan adat-istiadat. Dalam terminologi Islam, sunnah berarti perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad SAW (af’al, aqwal, dan taqrir).

Dalam mengukur keotentikan suatu hadits (As-Sunnah), para ahli telah menciptakan suatu ilmu yang dikenal dengan ”musthalah hadits”. Untuk menguji validitas dan kebenaran suatu hadits, para muhadditsin menyeleksinya dengan memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadits tersebut yang dengan sanaad.

Macam-macam As-Sunnah:

ditinjau dari bentuknya

1. Fi’li (perbuatan Nabi)
2. Qauli (perkataan Nabi)
3. Taqriri (persetujuan atau izin Nabi)

ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya

1. Mutawir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak
2. Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai (jumlahnya) kepada derajat mutawir
3. Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.

Ditinjau dari kualitasnya

1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah
2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi hafalan pembawaannya yang kurang baik.
3. Dhaif, yaitu hadits yang lemah
4. Maudhu’, yaitu hadits yang palsu.
Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya

1. Maqbul, yang diterima.
2. Mardud, yang ditolak.

Kedudukan As-Sunnah:

1. Sunnah adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an
2. Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapat siksa (QS. Al-Mujadilah, 58: 5)
3. Menjadikan Sunnah sebagai sumber hukum adalah tanda orang yang beriman (QS. An-Nisa’, 4: 65)

Perbedaan Al-Qur’an dengan As-Sunnah:

1. Segala yang ditetapkan Al-Qur’an adalah absolut nilainya. Sedangkan yang ditetapkan As-Sunnah tidak semuanya bernilai absolut. Ada yang bersigat absolut, ada yang bersifat nisbi zhanni
2. Penerimaan seorang muslim terhadap Al-Qur’an adalah dengan keyakinan. Sedangakan terhadap As-Sunnah, sebagian besar hanyalah zhanny (dugaan-dugaan yang kuat).

Leia Mais

Berhati-hatilah memarahi Anak-anak



Cerita berikut ini merupakan kisah nyata yang saya ambil dari milis ikasma-probolinggo, yang merupakan milis rekan-rekan alumni SMAN 1 Probolinggo untuk saling berbagi. Semoga cerita ini bisa bermanfaat.
Ini adalah kisah tragis, dimana sebuah keluarga dalam satu hari kehilangan dua orang anaknya! Seorang anak mati kehabisan darah dan yang satunya mati terlindas mobil.
Sebuah keluarga bahagia dengan 2 orang anak, yang bungsu adalah laki-laki berumur 3 tahun dan yang sulung adalah perempuan berumur 5 tahunan. Keluarga tersebut mempunyai seorang Pembantu /Pengasuh yang bekerja dan tinggal di rumah mereka.
Setiap keluarga didunia ini pasti mempunyai cara-cara tertentu yang menjadi kebiasaan dalam memberikan pengertian kepada anak-anak mereka entah itu dalam hal tindakan, contoh-contoh atau ucapan-ucapan saat memberikan “ancaman” agar menghentikan prilaku-prilaku yang tidak dikehendaki.
Untuk keluarga ini, terlontar kata-kata: “Kalau ngompol terus, nanti dipotong tititnya!!” Mungkin kata-kata tersebut sering terlontar dari mulut seorang pembantu/pengasuh (atau bahkan mungkin orang tuanya) ketika memarahi/menghukum/ mengancam anak laki-laki yang masih berumur 3 tahunan.
Suatu ketika, pembantu/pengasuh tersebut pergi sebentar membeli sesuatu dan meninggalkan ke-2 anak majikannya di rumah dan anak lelaki kecil itu ditinggalkan dalam keadaan tertidur. Ketika si adik mengompol dalam tidurnya, Si kakak seketika mengambil
pisau dan memotong titit si adik. Akibatnya darah segera mengucur tidak ada henti dari titit adiknya.
Saat si pembantu datang, dan mengetahui hal ini maka bukan main shoknya. Ia segera melaporkan kejadian ini kepada majikannya. Sementara si kakak, karena takut dimarahi, Ia sudah lari bersembunyi. Ketika si orang tua melihat kondisi si bungsu, dengan darah berhamburan ke mana-mana, maka paniklah Ia! Saat itu tidak ada satupun urusan di muka bumi ini yang hendak dilakukannya kecuali segera membawa si bungsu ke rumah sakit! Dengan segera ia mengambil kunci mobil dan mengangkat si Bungsu Ke dalam mobilnya, menghidupkan mobil dan secara tancap gas untuk dibawa kerumah sakit.
Si kakak yang sangat ketakutan atas perbuatannya, saat itu, justru tengah bersembunyi di kolong mobil….terlindas dan mati seketika itu juga!.
Sungguh .mengenaskan. !!!
***
Cerita ini merupakan kisah nyata, tetangga dari kakak Wyat.
***
Hikmah dari cerita ini adalah hindari berkata-kata kasar, mengancam, menghukum, dan hal-hal negatif di hadapan anak-anak.
Leia Mais

Berlomba dalam kebaikan

Doa Dhuha  ……
Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu,
Kecantikan ialah kecantikan-Mu,
Keindahan itu keindahan-Mu,
Kekuatan itu kekuatan-Mu,
Kekuasaan itu kekuasaan-Mu, dan
Perlindungan itu perlindungan-Mu.
Ya Allah, jika rizkiku masih diatas langit, turunkanlah, dan 
Jika ada didalam bumi keluarkanlah,
Jika sukar mudahkanlah,
Jika haram sucikanlah,
Jika masih jauh dekatkanlah,
Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaanMu.Limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMu yang sholeh

Bagi kita yang sering belajar manajemen, salah satu didalamnya membahas tentang analisa SWOT, sebenarnya kelebihan, kelemahan, kesempatan dan halangan, secara spiritual semuanya adalah peluang. Yaitu peluang untuk punya kesadaran bahwa hidup ini penuh hikmah. Kepandaian membaca hikmah-hikmah kehidupan inilah, yang membedakan orang menjadi bahagia atau sengsara dalam menghadapi aneka persoalan kehidupan.

Sahabat CyberMQ

Mari kita saling nasehat menasehati dalam mempertajam kemampuan mengambil hikmah dari setiap detik kehidupan, sebab setiap orang punya kelebihan dan kekurangan pada sektor masing-masing.

Kelebihan, kekurangan, kesempatan dan halangan yang dikemas dengan pendekatan analisa SWOT spiritual, diharapkan kehidupan kita ini tidak terjebak dalam arena persaingan menang dan kalah. Sebab, hidup penuh kebahagiaan itu, salah satu landasannya adalah berlomba-lomba dalam kebaikan.

Berani menghadapi kehidupan dengan penuh perlombaan kebaikan !!! Atau kita lebih memilih hidup menang kalah, sehingga sering berbaju kegembiraan berlebih ketika menang dan kesengsaraan berlebih ketika mengalami kekalahan. Bagaimana pendapat sahabat ???
Leia Mais

Belajar ikhlas melalui kehilangan


Pasti kita merasakan ketidaknyamanan ketika kehilangan sesuatu yang kita miliki atau yang kita akui milik kita. Kehilangan uang, sepeda, mobil atau hanya sekedar kehilangan sebuah pensil. Meski sesederhana apapun barang yang hilang, pasti ada yang terlihat beda. Ada hal yang menarik yang bisa dipelajari dalam momen kehilangan. Apa itu? Anda tahu? Yup betul. Seni mengelola hati ketika kehilangan. Berbagai ekspresi ketika kehilangan. Ada yang marah, diam dan berpikir, mondar-mandir kesana kemari sambil berpikir. Mungkin ada berbagai ekspresi lainnya.
Lain halnya dengan pengalaman pribadiku hari Senin kemaren. Saat kehilangan uang 50.000. Heran. Mengapa bisa terjadi. Ah mungkin ini kesalahan ku. Meletakkan uang di saku yang tangan ku sering keluar masuk di saku itu. Saku celana kanan tepatnya. Di tempat yang sama, ku letakkan juga kunci sepeda dan HP. Mungkin saat aku keluarkan kunci atau HP, uangnya ikut keluar tanpa sadarku.
Ketika aku sadar bahwa uangku yang 50 ribu telah sirna, aku hanya bisa bengong keheranan. Mengapa yang biasanya ku letakkan di dompet, ini kok nggak. Grgh…grgh… Aku langsung berpikir mungkin ini infak yang harus aku keluarkan tapi belum ku berikan. “Nggak apa-apa” hiburku. Bisa jadi ini peringatan dari Alloh atas kelalaianku memberikan sedekah yang hanya sedikit. Mungkin sedekahku selama ini kurang banyak. Bisa jadi. Belum pernah aku sedekah cash 50 ribu. Ini kali pertama. Sedekah tanpa sepengetahuanku. Aku berharap uang itu ditemukan oleh orang yang membutuhkan.
Tidak sia-sia uangku menghilang. Ada hikmah besar dibalik itu. Aku tidak merasa kehilangan yang begitu sangat. Uang ini adalah titipan Alloh. Uang hanya sekedar kertas yang bisa dicari kembali. Dalam kehilangan tak sepantasnya kita bersedih atau lainnya. Ikhlaskan saja.
Aku lahir di dunia ini tanpa membawa uang. Aku pun akan kembali ke Alloh tanpa membawa uang. Hanya ilmu dan amal jariyahlah yang akan menemaniku.
Leia Mais

Dahsyatnya Cinta



Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau dapat merasakannya. Merasakan dahsyatnya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Merangsang amuk gelombang di laut lepas. Meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota mettopolitan. Begitulah cinta. Ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Namun dahsyat.
Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa terngaga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah permukaan bumi, menyeret benda-benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutan. Demikianlah cinta. Ditakdirkan jadi makna yang paling santun. Menyimpan kekuatan dan kekuasaan besar.
Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari di sekelilingnya saat ia mengunggun. Meraung-raung saat lidahnya melahap rumah-rumah, hutan-hutan. Seketika menjadi abu hitam yang tak bermakna. Semua jadi tiada. Seperti itulah cinta. Ditakdirkan jadi kekuatan angkara murka yang mengawal dan melindungi.
Cinta. Kata tanpa benda. Curahan untuk beragam perasaan. Muara bagi ribuan makna. Wakil sebuah kekuatan yang tak terkira. Ia jelas. Sejelas matahari. Ia indah, seindah rembulan purnama. Lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia. Sederhana tapi dahsyat. Merajut semua emosi manusia dalam berbagai peristiwa kehidupannya.
Leia Mais

You Think You Do

Pola pikir dan keyakinan adalah kekuatan di belakang sistem sukses yang ada di dalam diri kita. Apapun yang kita bayangkan dan kita yakini terus menerus dalam benak kita, pada akhirnya akan terwujud dalam kenyataan. Itulah hukum pikiran universal yang berlaku.
Kalau kita selalu berkata, “Mana mungkin aku bisa sukses?”, “Aku sulit berhasil!”, maka kecenderungan sikap mental seperti itu akan disusul oleh kenyataan berupa kegagalan. Sebaliknya kalau kita berkata pada diri sendiri, “Aku bisa sukses!”, “Aku mampu!”, besar kemungkinan kita akan berusaha keras dengan berbagai cara positif sehingga kesuksesan bisa diraih persis seperti yang diyakini dan kita pikirkan. Jadi tepat sekali adanya ungkapan yang mengatakan YOU ARE WHAT YOU THINK
Namun kesuksesan tidak hanya cukup mengandalkan pola pikir saja. Namun harus ada pola sikap atau pola tindakan yang positif. Pola pikir dan pola sikap ini menjadi dua senjata yang ampuh dalam meraih keberhasilan.
Terkadang apa yang ingin kita lakukan tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Jangan terlalu mempertimbangkan apa yang ingin kita lakukan. Bisa-bisa semangat untuk bertindak akan berkurang. Cukuplah pondasi pola pikir dan keyakinan menjadi ujung tombak. Namun  yakinlah ketidakmungkinan itu akan menjadi mungkin bila kita jalani.

So… YOU ARE WHAT YOU THINK, YOU ARE WHAT YOU DO
Leia Mais

Refresh tujuan nikah mu

Sebuah cerita yang mengingatkan kita kembali akan makna dan tujuan menikah. Cocok bagi yang udah nikah maupun yang mau menikah. Semoga mendapat hikmah dari cerita ini
Di kamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun lama. Memandangi istriku yang tengah tertunduk dan diam seribu bahasa. Setelah sekian lama saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.
”Assalamu’alaiki…. permintaan hafalan Qur’annya mau dibacakan kapan, Dek?” tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya. Sebelum menikah, istriku memang pernah meminta malam pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Qur’an tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui. ”Nanti saja saat qiyamullail,” jawab istriku masih dalam tunduknya.
Wajahnya yang berbalut kerudung putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti ingin menolak. Namun, ketika aku beri isyarat bahwa aku suaminya dan berhak untuk melakukan itu, ia pun menyerah. Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu bahwa istriku “tidak menarik”. Sekelebat pikiran itu muncul dan segera aku mengusirnya. Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku.
”Bang, sudah saya katakan sejak ta’aruf (awal perkenalan), bahwa fisik saya seperti ini. Kalau Abang kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Abang tidak menyesal beristrikan saya, mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan yang banyak untuk Abang. Seperti keberkahan yang Allah limpahkan kepada Ayahanda Imam Malik yang ikhlas menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada istrinya. Saya ingin mengatakan pada Abang akan firman Allah yang dibacakan ibunya Imam Malik pada suaminya pada malam pertama mereka,”Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengan baik (ma’ruf). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisa: 19)

Mendengar tutur istriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu lekat-lekat. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita yang cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama’ besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah. ”Ya Rabbi aku menikahinya karena-Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih sayang milik-Mu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas.
Pelan kudekati istriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhnya dalam dekapku. Sementara, istriku menangis tergugu dalam wajahnya yang masih menyisakan segumpal ragu. ”Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya Bang. Sungguh… saya siap menerima keputusan apapun yang terburuk,” ucapnya lagi.
“Tidak Dek, sungguh sejak awal, niat Abang menikahimu karena Allah. Sudah teramat bulat niat ini. Hingga Abang tidak menghiraukan ketika seluruh anggota keluarga memboikot untuk tidak datang saat akad tadi pagi,” paparku sambil meggenggam erat jemarinya. Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya malam, bait-bait doa kubentangkan pada-Nya.”Rabbi, tak kupungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih istri karena rupa yang cantik, karena aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Rabbi, saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu. Karena itu pertemukanlah aku dengan-Mu dalam jannah-Mu!” Aku beringsut menuju pembaringan amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah istriku dengan segenap hati yang ikhlas. Ah, sekarang aku benar-benar mencintainya. Kenapa tidak? Bukankah ia wanita shalihah sejati. Ia senantiasa menegakkan malam-malamnya dengan munajat panjang pada-Nya. Ia senantiasa menjaga hafalan kitab-Nya. Dan senantiasa melaksanakan shaum sunnah rasul-Nya.
Ya Allah, sesungguhnya aku ini lemah, maka kuatkan aku. Dan aku ini hina, maka muliakanlah aku. Dan aku fakir, maka kayakanlah aku wahai Dzat Yang Maha Pengasih.
Diceritakan kembali dari cerita yang berjudul “Gejolak Jiwa di Malam Pertama” dari Tabloid Media Ummat yang beralamat di JL. Wilis 11 Malang, edisi 59/ tahun ke-2.
Leia Mais

Followers

 

Islam itu Indah dan Menentramkan

Ingatlah 5 sebelum datangnya 5 yakni: 1). Kehidupanmu sebelum datang matimu 2). Kesehatanmu sebelum datang sakitmu 3). Waktu luangmu sebelum datang kesibukanmu 4). Masa mudamu sebelum datang masa luangmu 5). Kekayaanmu sebelum datang kemiskinanmu

by Moslem Power andyrcm