Oleh Ustadz Muhammad Arifin Baderi, M.A.
Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Saudaraku! Anda pernah mendapat cobaan dihadapkan pada suatu keadaan sulit? Kebingungan mencari pekerjaan, atau tidak mampu membeli sebagian kebutuhan Anda? Kala itu, Anda hanya bisa melamun, berandai-andai dan membayangkan? Tidak jarang Andapun berkata dan berjanji pada diri sendiri: Andai aku mendapat pekerjaan, andai aku memiliki uang banyak…. aku akan berbuat demikian dan demikian….
Bahkan, mungkin tanpa kesulitanpun Anda sering berandai-andai: Andai aku memiliki harta yang lebih banyak. Andai aku memiliki 10 toko, atau perusahaan saya menjadi besar dan go public, saya akan demikian dan demikian…. Andai aku punya waktu luwang, andai aku punya kesempatan …. saya akan demikian dan demikian.
Coba Anda kembali mengingat-ingat pengalaman masa lalu Anda. Saya yakin Anda pernah melakukan hal itu.
Tidak perlu malu saudaraku! Sayapun demikian kok, tidak beda dengan Anda, selalu dibuai oleh “andai, kalau, dan lamunan …..”
Makanya, saya mengajak Anda untuk mengenali jati diri kita masing-masing melalui lamunan dan andaian tersebut. Bila Anda kuasa untuk membuktikan andaian dan lamunan Anda dalam dunia nyata, maka Anda adalah seorang yang benar-benar beriman, tapi sebaliknya,…… na’uzubillah.
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
إِنَّ ثَلاَثَةً فِى بَنِى إِسْرَائِيلَ؛ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى. فَأَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ، فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا فَأَتَى الأَبْرَصَ، فَقَالَ: أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: لَوْنٌ حَسَنٌ، وَجِلْدٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّى الَّذِى قَدْ قَذِرَنِى النَّاسُ. قَالَ: فَمَسَحَهُ، فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ، وَأُعْطِىَ لَوْنًا حَسَنًا، وَجِلْدًا حَسَنًا. قَالَ: فَأَىُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: الإِبِلُ أَوْ الْبَقَرُ، -شك إسحَاق- فَأُعْطِىَ نَاقَةً عُشَرَاءَ، فَقَالَ: بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِيهَا.
قَالَ: فَأَتَى الأَقْرَعَ، فَقَالَ: أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: شَعَرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّى هَذَا الَّذِى قَذِرَنِى النَّاسُ. قَالَ: فَمَسَحَهُ، فَذَهَبَ عَنْهُ، وَأُعْطِىَ شَعَرًا حَسَنًا. قَالَ: فَأَىُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: الْبَقَرُ أو الإبل، فَأُعْطِىَ بَقَرَةً حَامِلاً، فَقَالَ: بَارَكَ اللَّهُ لَكَ فِيهَا.
قَالَ: فَأَتَى الأَعْمَى، فَقَالَ: أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: أَنْ يَرُدَّ اللَّهُ إِلَىَّ بَصَرِى، فَأُبْصِرَ بِهِ النَّاسَ . قَالَ: فَمَسَحَهُ فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ، قَالَ: فَأَىُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: الْغَنَمُ. فَأُعْطِىَ شَاةً وَالِدًا.
فَأُنْتِجَ هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا. قَالَ: فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنَ الإِبِلِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْبَقَرِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْغَنَمِ.
فَأُنْتِجَ هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا. قَالَ: فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنَ الإِبِلِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْبَقَرِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْغَنَمِ.
قَالَ: ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى الأَبْرَصَ فِى صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ: رَجُلٌ مِسْكِينٌ قَدِ انْقَطَعَتْ بِىَ الْحِبَالُ فِى سَفَرِى، فَلاَ بَلاَغَ لِىَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِى أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحَسَنَ وَالْجِلْدَ الْحَسَنَ وَالْمَالَ، بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ عَلَيْهِ فِى سَفَرِى. فَقَالَ: الْحُقُوقُ كَثِيرَةٌ. فَقَالَ لَهُ: كَأَنِّى أَعْرِفُكَ، أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ، يَقْذَرُكَ النَّاسُ فَقِيرًا، فَأَعْطَاكَ اللَّهُ؟ فَقَالَ: إِنَّمَا وَرِثْتُ هَذَا الْمَالَ، كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ. فَقَالَ: إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا، فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ.
قَالَ: وَأَتَى الأَقْرَعَ فِى صُورَتِهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذَا، وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَى هَذَا، فَقَالَ: إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا، فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ.
قَالَ: وَأَتَى الأَعْمَى فِى صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ: رَجُلٌ مِسْكِينٌ، وَابْنُ سَبِيلٍ انْقَطَعَتْ بِىَ الْحِبَالُ فِى سَفَرِى، فَلاَ بَلاَغَ لِىَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِى رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِى سَفَرِى. فَقَالَ: قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللَّهُ إِلَىَّ بَصَرِى، فَخُذْ مَا شِئْتَ، وَدَعْ مَا شِئْتَ، فَوَاللَّهِ لاَ أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ شَيْئًا أَخَذْتَهُ لِلَّهِ. فَقَالَ: أَمْسِكْ مَالَكَ، فَإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ، فَقَدْ رُضِىَ عَنْكَ وَسُخِطَ عَلَى صَاحِبَيْكَ.
”Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil; orang pertama menderita penyakit kusta, orang kedua berkepala botak, dan orang ketiga buta. Allah hendak menguji mereka, maka Allahpun mengutus seorang malaikat. Malaikat utusan Allah itupun mendatangai orang pertama yang terkena kusta, dan bertanya, ‘Apa yang paling engkau dambakan?’ Ia menjawab, ‘Warna kulit yang bagus, dan sembuhnya penyakit yang aku derita dan menyebabkan orang lain memperolok-olokku.’ Spontan malaikat tersebut mengusapnya, dan sekejap penyakitnya sembuh, dan ia diberi warna kulit yang bagus. Selanjutnya, malaikat itu kembali bertanya kepadanya, ‘Harta apa yang paling engkau sukai?’ Ia menjawab, ‘Unta atau sapi’, –Ishaq perawi hadits ini ragu- maka ia diberi seekor unta bunting, dan malaikat itu berdoa untuknya, ‘Semoga Allah meberkahi untamu.’Selanjutnya, malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak, dan bertanya kepadanya, ‘Apa yang paling engkau dambakan?’ Ia menjawab, ‘Rambut yang indah, dan sembuhnya penyakit yang aku derita dan menyebabkan orang lain memperolok-olokku.’ Spontan malaikat tersebut mengusapnya, dan sekejap penyakitnya hilang, serta ia dikarunia rambut indah. Selanjutnya, malaikat itu kembali bertanya, ‘Harta apa yang paling engkau sukai?’ Ia menjawab, ‘Sapi atau unta’, maka ia diberi sapi bunting, dan malaikat itu berdoa untuknya, ‘Semoga Allah memberkahi sapimu.’
Selanjutnya, malaikat itu mendatangi orang yang buta, dan bertanya kepadanya, ‘Apa yang paling engkau dambakan?’ Ia menjawab, ‘Allah mengembalikan penglihatanku, sehingga aku bisa melihat orang lain.’ Lalu malaikat itu mengusapnya, dan Allah-pun mengembalikan penglihatannnya. Selanjutnya, malaikat itu bertanya kepadanya, ‘Harta apa yang paling engkau dambakan?’ Ia menjawab, ‘Kambing.’ Dan iapun segera diberi seekor kambing bunting.
Tidak selang berapa lama, unta, sapi, dan kambing tersebut beranak pinak sehingga orang pertama memiliki satu lembah unta, orang kedua memiliki satu lembah sapi dan orang ketiga memiliki satu lembah kambing.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan ceritanya dengan bersabda, “Selang beberapa lama, malaikat itu dengan rupa yang sama dengan rupanya disaat mengobati ketiganya, orang yang dahulu menderita kusta, dan berkata, ‘Aku adalah orang miskin, sedang dalam perjalanan dan kehabisan bekal, sehingga saat ini aku tidak mungkin dapat sampai ke tujuanku, kecuali dengan pertolongan Allah, lalu dengan pertolonganmu. Demi Zat yang telah memberimu warna yang elok, kulit halus, dan harta yang melimpah, aku minta kepadamu seekor unta, untuk menjadi bekalku melanjutkan perjalanan.’ Orang itu menjawab, ‘Tanggunganku banyak sekali.’ Mendengar jawaban lelaki itu, malaikat tersebut berkata, ‘Seakan aku pernah mengenalmu. Bukankah dahulu engkau menderita kusta, sehingga dijauhi oleh masyarakat, dan melarat. Selanjutnya Allah ‘Azza wa Jalla mengaruniaimu kekayaan?’ Lelaki itupun menjawab, ‘Sesungguhnya harta ini aku warisi secara turun-temurun dari nenek moyangku.’ Mendengar jawaban yang demikian, malaikat itupun berkata, ‘Jikalau engkau berbohong, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu semula.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan ceritanya dengan bersabda, ‘Kemudian dengan rupa yang sama dengan rupanya di saat mengobati ketiganya, malaikat itu mendatangi orang yang dahulu berkepala botak. Iapun berkata seperti yang ia katakan kepada orang pertama, dan lelaki itupun menjawab permintaan malaikat seperti jawaban orang pertama, sehingga malaikat itupun berkata, ‘Bila engkau berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu semula.”
Selanjutnya dengan rupa yang sama dengan rupanya di saat mengobati ketiganya, malaikat itu mendatangi orang yang dahulu buta, dan berkata, ‘Aku adalah orang miskin, yang sedang dalam perjalanan, dan kehabisan bekal, sehingga aku tidak bisa sampai pada tujuanku, kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolonganmu. Demi Zat yang telah mengembalikan penglihatanmu, aku meminta seekor kambing untuk menjadi bekal perjalananku.’ Mendengar permintaan ini, lelaki itu menjawab, ‘Dahulu aku buta, kemudian Allah kembalikan penglihatanku, maka ambillah dari kambingku sesuka hatimu, dan sisakan darinya sesuka hatimu. Sungguh demi Allah, aku tidak berkeberatan dengan kambing yang engkau ambil di jalan Allah.’ Mendengar jawaban santun ini, malaikat itu berkata kepadanya, ‘Jagalah hartamu, sesungguhnya kalian telah diuji, dan sesungguhnya Allah telah meridhaimu, dan murka kepada dua sahabatmu.’” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim).
Bagaimana nasib lamunan dan angan-angan Anda saudaraku! Mungkinkah lamunan Anda dahulu telah hanyut oleh lamunan dan angan-angan Anda yang lebih baru? Semoga tidak.
Demikianlah salah satu cara untuk mengetahui siapa sejatinya diri kita. Semoga Allah Ta’ala mengampuni kekhilafan kita dan membimbing jalan hidup kita, sehingga hati kita selaras dengan lahir kita.
Wallahu Ta’ala a’alam.
Penulis: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Baderi, M.A.
0 komentar:
Post a Comment